Rabu, 18 November 2015

DAULAH ISLAMIYAH DAN PROSES TERBENTUKNYA

sumber foto: islamun.com

Secara umum, para ulama menjelaskan makna Daulah dengan definisi berikut; Daulah adalah perhimpunan besar manusia yang hidup di suatu wilayah bumi dan memiliki lembaga yang mengatur perkumpulan manusia itu serta memiliki tata administrasi dalam urusan internalnya maupun ekternalnya untuk kondisi damai maupun perang.


Dari definisi tersebut sebagaimana yang ditulis pula oleh almarhum Dr. Mohammed Abdul Qader Abu Faris dalam buku 'Sistem Politik dalam Islam'-nya, maka dapat dipahami bahwa sebuah Daulah terbangun dari tiga rukun pokoknya: Masyarakat, Wilayah, dan Pemerintahan. Bila tanpa salah satunya, maka Daulah itu tidak akan terbangun.

Dengan makna tersebut, maka Daulah bisa berupa Negara, Kerajaan, Imperium, atau lainnya. Sebab, sebagai sebuah sarana lembaga, maka ia seperti umumnya sarana-sarana lainnya, yang bentuk wujudnya dinamis menyesuaikan tren zamannya.

Bila lembaga Daulah itu diberi sifat tambahan yaitu Islamiyah, maka artinya Daulah itu memiliki rukun-rukun yang bersifatkan Islam. Masyarakat utama yang membentuknya adalah masyarakat Muslim, Wilayahnya dibatasi sesuai spirit persaudaraan Islam, dan Pemerintahnya tegak dengan sistem Islam. Begitulah sederhananya definisi Daulah Islamiyah.


Proses Terbentuknya

Mulanya adalah hadirnya Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam di Makkah, yang mengemban tugas sebagai utusan Allah subhanahu wata’ala untuk mengembalikan Ketauhidan agama manusia sebagaimana satu-satunya agama yang murni sejak zaman manusia pertama Adam alaihissalam. Agama yang me-Tauhid-kan Allah semata. Agama yang menjadi misi seluruh Nabi dan Rasul, yang seiring perjalanan kehidupan manusia mulai dilalaikan dan diimbuhi beragam kesesatan.

Lalu muncullah komunitas kecil kaum Muslimin (yang mengikuti seruan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam). Mereka saling mencintai, saling terikat, saling menopang, dan saling menolong. Mereka diikat dengan nilai keimanan, yang lebih unggul dari nilai-nilai duniawi. Maka, Rasulullah pun mulai mencari tanah yang bisa menjadi tempat tinggal kaum Muslimin. Mulai dari Habasyah, lalu Thaif, hingga kemudian mendapatkan Yatsrib (Madinah).

Di Habasyah dan Thaif, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam menjajaki. Namun Habasyah bukanlah tempat yang kondusif untuk jangka waktu lama, dengan kepemimpinan di sana yang relatif lemah mudah diintervensi. Sementara Thaif lebih parah lagi, tak menerima Rasulullah hanya karena provokasi pihak luar kepada mereka untuk mengusir Rasulullah. Hingga tibalah di hadapan Rasulullah, sekelompok dari negeri Yatsrib. Rasulullah tak meminta, justru merekalah yang menawari Rasulullah untuk tinggal di negeri itu bersama mereka. Janji diikatkan, migrasi pun dinantikan.

Maka, terjadilah peristiwa Hijrah itu. Kaum Muslimin seluruhnya hijrah ke Yatsrib, sebuah daerah yang kemudian hari berganti nama menjadi Madinah. Kala itu, kaum Muslimin hanya membawa perbekalan seadanya yang sempat dibawa. Dan setibanya di Yatsrib, Rasulullah langsung menyusun sistem dalam negeri dan luar negerinya.

Di dalam negeri, ada beberapa hal yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam. Pertama; menyatukan kabilah-kabilah yang terpecah, utamanya dari suku Aus dan suku Khazraj. Kedua; mempersaudarakan kaum Muslim dari kalangan Muhajirin (yang berasal dari Makkah) dengan kaum Muslim dari kalangan Anshar (yang merupakan penduduk Yatsrib). Ketiga; menjalin hubungan dengan komunitas selain kaum Muslimin untuk mengatur hak dan kewajiban setiap elemennya, yang mana Rasulullah tidak memposisikan kaum Yahudi layaknya sebuah ummat melainkan memposisikan mereka sebagaimana sebuah suku yang tidak ada keterkaitan dengan yang lainnya. Keempat; membangun masjid dan pasar. Kelima; sejak pertama datang ke Madinah memberikan perhatian untuk membangun tentara Muslim serta mempelajari beragam metode pertahanan yang tidak didapati oleh bangsa Arab. Keenam; membangun lembaga-lembaga sosial dan pendidikan.

Saat itu Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam adalah layaknya pemimpin Daulah, yang tidak ada keputusan kecuali dengan persetujuannya. Karena sebelumnya, kaum Anshar telah membai’at beliau di Aqobah sebagai pemimpin dan memintanya tinggal di Yatsrib.

Adapun untuk luar negeri, ada beberapa hal pula yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu ’alaihi wasalam. Pertama; mengutus duta ke beberapa Raja-Raja di berbagai penjuru dunia untuk meneguhkan eksistensi pemerintahan di Madinah. Kedua; membuat kesepakatan-kesepakatan pengamanan kawasan dengan beberapa suku dan komunitas yang menetap di sekitar Madinah. Ketiga; menyiapkan pasukan-pasukan guna menahan invansi militer dari luar.

Begitulah proses terbentuknya Daulah Islamiyah kala itu di Madinah. Hingga Rasulullah pun dikaruniai sumber daya finansial dan pilar-pilar ekonomi, serta sistem sosial dan sarana administrasinya. Satu hal yang perlu dicatat oleh kita sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah shalallahu ’alaihi wasalam, bahwa asas memilih pemimpin ataupun hakim berdasarkan pada kapasitas keilmuan dan kepribadiannya, yang jauh dari sekadar kedekatan atau rasa suka pada individu yang bersangkutan.


Epilog

Demikianlah kiranya penjelasan tentang Daulah Islamiyah. Ia adalah lembaga yang terbangun dari tiga rukun pokoknya: Masyarakat, Wilayah, dan Pemerintahan. Apapun penamaannya, esensinya adalah memiliki komponen pembentuk berupa Masyarakat Muslim, batasan Wilayah sesuai spirit persaudaraan Islam, serta Pemerintahan dengan sistem Islam.

Dan dahulu Rasulullah shalallahu ’alaihi wasalam fokus dengan esensi itu. Membina komunitas Muslim, menyiapkan wilayah yang berangkat dari spirit persaudaraan Islam, serta menyiapkan tatanan pemerintahan sesuai dengan tuntunan Islam yang dipandu oleh wahyu Allah subhanahu wata’ala.

Maka, ia adalah Daulah Islamiyah bila memenuhi rukun-rukun tersebut. Maka, Daulah Islamiyah bukan persoalan nama pada mulanya, tapi persoalan esensi nilai-nilai yang menjadi pondasinya.

Begitulah Daulah Islamiyah yang kokoh berwibawa sekaligus menjadi rahmat bagi semesta. Mungkin banyak yang bertanya-tanya; lalu bagaimana dengan Daulah Islamiyah ini dan itu? Semoga Anda bisa mengurai jawabannya sendiri. J


Batam, 18 November 2015, 19.15

Muhammad Irfan Abdul Aziz
SMART (Studi Masyarakat untuk Reformasi Terpadu)



Baca juga:

Tidak ada komentar: